KeterampilanAbad 21 Guru Sekolah Binaan SPMI Kota Palangka Raya I Wayan Sarman Pengawas Madya Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia Email: sarmanwayan@ 01 Mei 2020; Disetujui: 06 Mei 2020; Diterbitkan: 08 Mei 2020 ABSTRAK Menyusun RPP mengacu pada karakteristik peserta didik belum sesuai dengan
AKARAKTERISTIK PEMBELAJARAN ABAD 21 Apakah Saudara masih ingat ruang-ruang kelas konvensional berisi meja atau bangku, kursi, dan papan tulis yang terpampang di depan kelas dengan sekotak kapur dan sebuah penghapus. Peran guru abad 21 menjadi lebih menarik sekaligus menjadi lebih menantang. Kehadiran guru dalam pembelajaran abad 21
LIHATVERSI CETAK Diunggah hari Jum`at tanggal 06-09-2019 09:28:20 WIB Pendidikan Karakter, Tantangan Pendidikan Abad 21. Palangka Raya (Inmas) Nur Dewi Afifah, pemateri dari tim Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB) Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) mengingatkan guru PAI tentang pendidikan di abad 21.
Tuntutanprofesionalisme bagi guru-guru di abad 21 menjadi satu hal yang sangat mutlak dibutuhkan. Jika selama ini kita tahu bahwa karakter guru profesional adalah guru yang memiliki empat kompetensi secara utuh (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional). Teacher Development Planning Team (2004) menggambarkan sosok guru profesional
Sebuahgagasan menarik saat diksuksi pendidikan karakter tersebut diurai, yakni cara terbaik untuk menerapkan proyeksi pendidikan abad 21 adalah dengan modeling, pembiasaan, evaluasi dan apresiasi. Semua sepakat empat hal tersebut harus dilakukan orang tua, para guru, seluruh civitas akademika di sekolah, serta masyarakat.
contoh kegiatan perumahan dan tata laksana rumah tangga. The development of information and communication technology ICT brings change in all lines of life. 21st century Learners live in a digital environment full of information flows. Many negaries reform the objectives and practice of education due to the influence of ICT development and various forms of educational innovation. The greatest hope of educational innovation is the support and integration of ICT in the learning process, thus enhancing the quality of student learning experience. The characteristics of 21st century students are very different from previous era students. In the 21st century one must have four skills communication, colaboration, critical Thinking and problem Sorving and Creativity and Innovation. This skill has always been reflected in the learning that will be implemented by a professional teacher, by having the competence of pedagogic, professional, personality, and social competence. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN Print 2549-4511 – Online 2549-9092 54 Pengembangan Kompetensi Profesionalisme Guru di Era Digital Abad 21 Zainuddin Notanubun* PGSD- FKIP Universitas Pattimura Ambon Email z_notanubun ABSTRAK The development of information and communication technology ICT brings change in all lines of life. 21st century Learners live in a digital environment full of information flows. Many negaries reform the objectives and practice of education due to the influence of ICT development and various forms of educational innovation. The greatest hope of educational innovation is the support and integration of ICT in the learning process, thus enhancing the quality of student learning experience. The characteristics of 21st century students are very different from previous era students. In the 21st century one must have four skills communication, colaboration, critical Thinking and problem Sorving and Creativity and Innovation. This skill has always been reflected in the learning that will be implemented by a professional teacher, by having the competence of pedagogic, professional, personality, and social competence. Keywords development, competence, and professionalism, digital Pendahuluan Era digital sudah begitu marak ditandai oleh makin luasnya jangkauan internet, namun demikian ada juga masyarakat yang masih belum terjangkau internet, dan bahkan masih berupa wilayah blank spot. Kondisi seperti itu berimplikasi terhadap perkembangan pelayanan pendidikan,sehingga juga berkonsekuensi terhadap karakteristik guru dan dan siswanya, meskipun sudah berada dalam abad 21. Sekolah, guru, dan siswa di daerah perkotaan memang sudah terkoneksi jaringan internet, dan bahkan ada pula wilayah yang sama sekali belum terjangkau infrastruktur telekomunikasi. Akan tetapi pada abad 21 sekarang ini masyarakat Indonesia memang sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dengan era digital. Karena itu, apa pus harus menyesuaikan dengan kehadiran era baru berbasis digital, sehingga bagaimana menjadi bagian dari era digital sekarang ini dengan memanfaatkan teknologi digital dan berjejaring ini secara produktif. Menurut Smaldino, dkk 2010 kemunculan masayarakat informasi itu ditandai dengan empat karakter dasar Pertama, ada teknologi-teknologi yang bertindak berdasarkan informasi. Kedua, karena informasi adalah bagian dari seluruh kegiatan manusia, teknologi-teknologi itu mempunyai efekyang meresap. Ketiga, semua sistem yang menggunakan teknologi informasi Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN Print 2549-4511 – Online 2549-9092 55 didefenisikan oleh logika jaringan’ yang memungkinkan mereka memengaruhi suatu varietas luas proses-proses dan organisme-organisme. Keempat, teknologi-teknologi baru sangat fleksibel, memungkinkan mereka beradaptasi dan berubah secara terus-menerus. Akhirnya teknologi-teknologi spesifik yang diasosiasikan dengan informasi sedang bergabung menjadi suatu sistem yang sangat terintegrasi dalam upaya meningkatkan dan pengembangan kompetensi guru. Pengembangan kompetensi guru landasan pijaknya adalah Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Setiap kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut; Kompetensi merupakan unjuk kerja ability to do yang dilatarbelakangi oleh penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini mengandung makna bahwa kualitas unjuk kerja itu ditentukan oleh penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Semakin tinggi kualitas penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan, semakin tinggi pula unjuk kerjanya, dan sebaliknya. Jadi ada korelasi posetif tinggi antara tingkat penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan kompetensi yang dibentuk. Kompetensi adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan penampilan unjuk kerja sebagai guru secara tepat Djumiran dkk., 20093 - 4. Seorang guru yang professional harus memiliki 4 kompetensi. Kompetensi tersebut antara lain 1 Kompetensi paedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Termasuk ke dalam kemampuan ini antara lain sub-sub kemampuan; a menata ruang kelas, b menciptakan iklim kelas yang konduktif, c memotivasi siswa agar gaira belajar, d memberi penguatan verbal maupun non verbal, e memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas kepada siswa, f tanggap terhadap gangguan kelas, dan g menyegarkan kelas jika kelas mulai lelah. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran seperti memahami karakteristik siswa, kemampuan merencanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar, serta kemampuan pengembangan ragam potensi siswa. Kompetensi pedagogik guru abad 21 tidak cukup hanya mampu menyelenggarakan seperti biasanya, guru dituntut untuk adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta mampu memanfaatkannya dalam proses pembelajaran, artinya kemampuan guru khususnya digital literasi perlu tarsus untuk diintegrasikan. Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN Print 2549-4511 – Online 2549-9092 56 2. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia. 3 Kompetensi Sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. dan 4 Kompetensi profesional`merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya. Kompetensi ini juga disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar atau sering disebut dengan bidang studi keahlian. Keempat kompetensi tersebut, dalam pelaksanannya merupakan satu ketuan yang utuh, karena seorang yang memiliki kompetensi ini merupakan syarat untuk dikategorikan sebagai guru yang professional. Untuk mencapai guru professional memerlukan proses yang cukup panjang, sesuai dengan pasal 20 UU No 14 tahun 2005 bahwa dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, guru berhak a Merencanakan pembelajaran, yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. b Mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. c Bertindak oyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika. e Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa, dan f Guru harus memiliki kemampuan dalam menggunakan TIK dalam proses pembelajaran. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan, dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono, 2013362 Penelitian kualitatif ditunut mampu mengorganisasikan semua teori yang dibaca. Kajian teori dalam penelitian lebih berfungsi untuk menunjukkan berapa jauh peneliti memiliki teori Dan memahami permasalahan yang diteliti. Di samping itu, penelitian kualitatif justru dituntut untuk melakukan grounded research, yaitu menemukan teori berdasarkan data yang diperoleh di lapangan atau situasi sosial. Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN Print 2549-4511 – Online 2549-9092 57 Pengembangan Kompetensi Guru Abad 21 Abad 21 yang ditandai dengan kehadiran era media digital age sangat berpengaruh pada pengelolaan pembelajaran dan perubahan karakteristik siswa. Pembelajaran abad 21 menjadi keharusan untuk mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pengembangan pembelajaran abad 21, guru dituntut merubah pola pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru teacher centred menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa student centred karena sumber belajar melimpah bukan hanya nara sumber guru, sehingga peran guru menjadi fasilitator, mediator, motivator sekaligus leader dalam proses pembelajaran. Pola pembelajaran yang konvensional bias dipahami sebagai pembelajaran di mana guru banyak memberikan ceramah transfer of knowledge sedangkan siswa lebih banyak mendengar, mencatat, dan mengahafal. Kemampuan pedagogi dengan pola konvensional dipandang sudah kurang tepat dengan era saat ini. Karakteristik siswa abad 21 sangat berbeda dengan siswa era sebelumnya. Pada abad 21 ini seseorang harus memiliki empat keterampilan communication, colaboration, critical thinking and problem Sorving dan creativity and innovation. Keterampilan ini sudah semestinya tercermin dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh seorang guru. Keterampilan Abad 21 dapat diintegrasikan dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga pilihan metode, media dan pengelolaan kelas benar-benar meningkatkan keterampilan tersebut. Karena itulah menjadi keharusan kemampuan pedagogi guru menyelesaikan dengan karakteristik dan keterampilan yang diperlukan di abad 21. Karakteristik seperti yang digambarkan di atas, adalah cocok dalam pengembangan professional guru pada abad 21. Oleh karena itu, guru terus meningkatkan minat baca dengan menambah koleksi buku. Setiap kali terdapat masalah pembelajaran, maka guru perlu menambah pengetahuan melalui bacaan buku, baik cetak, maupun digital yang bias diakses melalui internet. Tanpa minat baca tinggi, maka guru pada era pedagogi siber sekarang ini akan ketinggalan dengan pengetahuan siswanya, sehingga akan menurunkan kredibilitas atau kewibawaan guru. Hilangnya kewibawaan guru akan berdampak serius, bukan saja pada menurunnya kualitas pembelajaran, tetapi juga bagi kemajuan sebuah bangsa. Salah satu cara untuk mengembangkan kompetensi guru adalah melalui sertifikasi guru, namun hal ini melalui proses yang panjang untuk memperoleh sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik bagi guru berlaku sepanjang yang bersangkutan menjalankan tugas sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Serifikat pendidik ditandai dengan satu nomor registrasi guru yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sertifikasi diperoleh Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN Print 2549-4511 – Online 2549-9092 58 melalui pendidikan profesi yang diakhiri dengan uji kompetensi. Dalam program sertifikasi telah ditentukan kualifikasi pendidikan bagi semua guru di semua tingkatan, yaitu minimal sarjana atau Diploma IV. Dengan memiliki sertifikat pendidik, guru akan memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum, meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan tunjangan tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sementara guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama,hal ini dipertuntukan bagi guru yang telah mengantongi sertifikat pendidik. Untuk memperoleh sertifikat pendidik tidak semudah membalikkan telapan tangan, dan memerlukan kerja keras para guru. Sertifikat pendidik akan dapat diperoleh guru apabila mereka benar-benar memiliki kompetensi dan profesionalisme. Bagi para guru yang memiliki kompetensi dan profesionalisme, hal ini mungkin bukan merupakan persoalan yang pelik, melainkan tinggal menunggu waktu. Sebaliknya, para guru yang kurang memiliki kompetensi dan profesionalisme, hal ini dapat menjadi persoalan yang pelik ketika giliran untuk disertifikasi telah tiba. Sehubungan dengan hal itu, sesuatu yang pasti adalah guru harus mempersiapkan diri sedini mungkin untuk disertifikasi, agar kesempatan yang baik itu tidak hilang begitu saja karena tidak adanya persiapan yang memadai. Guru harus siap mental, keilmuan, dan finansial. Dalam kaitan dengan persiapan dalam hal keilmuan, guru perlu meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya, termasuk penguasaan TIK. Kepentingan sertifikasi dan menjamin mutu pendidikan perlu dilakukan peningkatan kompetensi dan profesionalisme seorang guru. Hal ini perlu dipahami karena dengan adanya pasca sertifikasi guru harus tetap meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya agar mutu pendidikan tetap terjamin. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain 1. Studi lanjut program Strata 2 atau Magister merupakan cara pertama yang dapat ditempuh oleh para guru dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Dua jenis program magister yang dapat diikuti, yaitu program magister yang menyelenggarakan program pendidikan ilmu murni dan ilmu pendidikan. Kecenderungan para guru lebih suka untuk mengikuti program ilmu pendidikan agar dapat meningkatkan kompetensi dan Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN Print 2549-4511 – Online 2549-9092 59 profesionalismenya. 2. Kursus dan Pelatihan, keikutsertaan dalam kursus dan pelatihan tentang kependidikan merupakan cara kedua yang dapat ditempuh oleh guru untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Walaupun tugas utama seorang guru adalah mengajar, namun tidak ada salahnya dalam rangka peningkatan kompetensi dan profesionalismenya juga perlu dilengkapi dengan kemampuan meneliti dan menulis artikel/ buku. 3. Pemanfaatan Jurnal, jurnal yang diterbitkan oleh masyarakat profesi atau perguruan tinggi dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kompetensi dan profesionalisme. Artikel-artikel di dalam jurnal biasanya berisi tentang perkembangan terkini suatu disiplin tertentu. Dengan demikian, jurnal dapat dipergunakan untuk memutakhirkan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru. Dengan memiliki bekal ilmu pengetahuan yang memadai, seorang guru bisa mengembangkan kompetensi dan profesionalismenya seorang guru dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik. Selain itu, jurnal-jurnal itu dapat dijadikan media untuk mengomunikasikan tulisan hasil pemikiran dan penelitian guru yang dapat digunakan untuk mendapatkan angka kredit yang dibutuhkan pada saat sertifikasi dan kenaikan pangkat. 4. Seminar, keikutsertaan dalam seminar merupakan alternatif keempat yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme seorang guru. Tampaknya hal ini merupakan cara yang paling diminati dan sedang menjadi trend para guru dalam era sertifikasi, karena dapat menjadi sarana untuk mendapatkan angka kredit. Melalui seminar guru mendapatkan informasi-informasi baru. Cara itu sah dan baik untuk dilakukan. Namun demikian, di masa-masa yang akan datang akan lebih baik apabila guru tidak hanya menjadi peserta seminar saja, tetapi lebih dari itu dapat menjadi penyelenggara dan pemakalah dalam acara seminar. Forum seminar yang diselengarakan oleh dan untuk guru dapat menjadi wahana yang baik untuk mengomunikasikan berbagai hal yang menyangkut bidang ilmu dan profesinya sebagai guru. Pengembangan Profesionalisme Guru Abad 21 Abad pengetahuan merupakan suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya. Dampaknya adalah perubahan cara pandang manusia terhadap manusia, cara pandang terhadap pendidikan, Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN Print 2549-4511 – Online 2549-9092 60 perubahan peran orang tua/guru/dosen, serta perubahan pola hubungan antar mereka. Perhatian utama pendidikan di abad 21 adalah untuk mempersiapkan hidup dan kerja bagi masyarakat. Tibalah saatnya menoleh sejenak ke arah pandangan dengan sudut yang luas mengenai peran-peran utama yang akan semakin dimainkan oleh pembelajaran dan pendidikan dalam masyarakat yang berbasis pengetahuan Trilling dan Hood. 1999 Kemerosotan pendidikan kita sudah terasakan selama bertahun-tahun, untuk kesekian kalinya kurikulum dituding sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti lagi dengan kurikulum 1994. Nasanius 1998 mengungkapkan bahwa kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru. Sumargi, 1996 Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya. Kadar profesionalisme guru sangat ditentukan oleh tingkat penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang mendasari terbentuknya kompetensi profesionalisme. Menurut dikti, Aspak-aspek yang perlu dipahami guru SD adalah a. Tahap Perkembangan, perkembangan manusia itu berlangsung seara bertahap. Tiap-tiap tahap perkembangan memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Dilihat dari perkembangannya, peserta didik SD yang berusia 6 – 12 tahun berada pada tahap Kanak-Kanak akhir Elisabth Hurlock dalam Indung Abdulah Saleh, 197 8. Sedangkan Elida Prayitno 1991/199216 menyatakan bahwa peserta didik SD berada pada tahap Kanak-Kanak pertengahan 6-8 tahun. Kanak-kanak akhir 9 – 11 tahun dan praremaja 9 – 13 tahun. Ciri khas pada tahap ini adalah bermain. Anak gemar bermain sepak bola, bermain kaleng, lompat tali dan segalanya. b. Perkembangan Kognitif, menurut Piaget dalam Priyatno 1991/199216 dalam Djumiran, 2009 3 – 19 perkembangan kognitif peserta didik SD berada pada tahap berpikir konkrit dengan karakteristik 1. Peserata didik SD hanya mampu memecahkan persoalan-persoalan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, dan dicium. Peserta didik SD sulit memahami sesuatu yang berada dengan yang ia alami. 2. Peesrta didik SD lebih mudah memahami persoalan-persoalan yang divisualkan dari pada Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN Print 2549-4511 – Online 2549-9092 61 persoalan-persoalan yang disampaikan secara verbal. 3. Peserta didik SD, lebih –lebih kelas awal mesih mengalami kesulitan untuk memilah-milah pengalaman belajarnya. Ia menghayati pengaaman belajarnya sebagai suatu totalitas Tisno Hadi Subroto dan Ida Siti Herawati, 2002 pengalaman belajar itu dihayati sebagai suatu kebutuhan atau keseluruhan. c. Tingkat Kecerdasan, dengan menggunakan intelegensi kecerdasan peserta didik dapat diketahui. Untuk keperluan pendidikan data hasil tes yang berupa induk kecerdasan IQ dikelompokkan. Lester D. Crow dan Alice Crow 1963 156 mengelompokkan kecerdasan manusia menjadi 9 kelompok yaitu 1. Near genius indeks, kecerdasan 140 ke atas. 2. Very superior, 130 – 139. 3. Superior, 120 – 129. 4. Abave average, 110 – 119 5. Normal or average, 90 – 109. 6. Below average, 80 – 89. 7. Dull or borderline, 70 – 79. 8. Feeble mindeded, 50 -69. d. Perkembangan sosial, peserta didik SD yang berusia 6 – 12 tahun oleh ahli psikologi disebut sebagai usia berkelompok Gang Age. Anak laki-laki mengelompokkan dengan laki-laki, dan anak perempuan mengelompokkan dengan perempuan. Kelompok-kelompok itu semata-mata untuk bermain dan menyalurkan minat. Mereka memperoleh kegembiraan, kepuasan dalam bermain dengan teman-teman sebaya. Karakteristik perkembangan sosial peserta didik seperti tersebut di atas berguna bagi guru merancang kegiatan belajar apa yang akan dilakukan siswa. e. Persepsi yang dimiliki, persepsi yang dimiliki peserta didik, berkaitan dengan pola kehidupan masyarakat di mana ia tinggal. Kegiatan seperti kerja kelompok, tugas-tugas kelompok, diskusi kelompok merupakan kegatan-kegiatan dengan karakteristik siswa. Anak yang tinggal di lingkungan masyarakat nelayan, akan memiliki persepsi yang baik tentang jenis-jenis ikan, musim ikan, penangkapan ikan, pengawetan ikan, dan sebagainya. Begitu pula anak yang hidup dalam masyarakat pedagang, akan memiliki persepsi yang baik tentang jual beli, untung rugi dan sebagainya. Guru perlu memiliki persepsi yang dimiliki peserta didik dan memanfaatkannya untuk pemenasan bahan pelajaran yang akan dipelajari siswa. Bahan yang dikemas sesuai persepsi peserta didik akan lebih mudah dipahami dan dikuasai. f. Kemampuan awal prasyarat. Sebelum membelajarkan peserta didik dengan pokok bahasan Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN Print 2549-4511 – Online 2549-9092 62 tertentu, guru perlu memeriksa apakah siswa sudah memiliki kemampuan yang diperlukan untuk dapat mempelajari pokok bahasan yang akan diajarkan guru. Pemeriksaan kemampuan awal peserta didik bertujuan untuk mengetahui apakah peserta didik sudah memiliki prasyaratnya atau belum. Jika sudah, guru dapat langsung membelajarkan peserta didik dengan pokok bahasan yang telah disiapkan. Tetapi jika peserta didik belum menguasai prasyaratnya, maka prasyarat itu diperkuat terlebih dulu. Sebab jika tidak, maka kegagalan akan terjadi. Hal ini tentu akan dilaksanakan dengan baik apabila dilaksanakan oleh guru yang professional Djumiran, dkk. 2009. Guru harus mengetahui tingkat kecerdasan peserta didiknya, karena kecerdasan mempunyai andil yang besar dalam pengembangan pembelajaran. Guru profesional adalah guru yang memiliki kemampuan mengorganisasikan lingkungan belajar yang produktif. “Profesi” secara terminologi diartikan suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kamampuan mental yang dimaksudkan di sini adalah ada persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis. Arikunto mengemukakan bahwa kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoritik, maupun memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar, berlandaskan pada TIK untuk mencapai tujuan yang lebih optimal. Karakteristik Guru Abad 21 Perubahan karakter masyarakat secara fundamental sebagaimana terjadi dalam abad 21 tentu berimplikasi terhadap karakter guru. Dalam pandangan progresif, perubahan karakteristik masyarakat perlu diikuti oleh tranformasi kultur guru dalam proses pembelajaran. Jika sekarang masyarakat telah berubah ke masyarakat digital, maka guru juga segera perlu mentranformasikan diri, baik secara teknik maupun sosio-kultur. Oleh karena itu, perlu mendefenisikan karakter guru seperti apa yang mampu mentranformasikan diri pada era digital abad 21 sekarang ini. Ada ungkapan bahwa, buku itu digantikan dengan teknologi, tetapi peran guru tidak bisa digantikan, bahkan harus diperkuat. Pada eara sekarang, abad 21, guru harus mampu memanfaatkan teknologi digital untuk mendesain pembelajaran yang kreatif. Kemampuan para guru untk mendidik pada era pembelajaran digital perlu dipersiapkan dengan memperkuat pedagogi siber pada diri guru. Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN Print 2549-4511 – Online 2549-9092 63 Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator harus mampu memanfaatkan teknologi digital yang ada untuk mendesain pembelajaran kreatif yang memampukan siswa aktif dan berpikir kritis kompas, 9 April 201812. Kesimpulan Guru merupakan suatu pekerjaan professional, yang memerlukan suatu keahlian khusus sehingga kedudukan guru dalam proses pembelajaran masih belum dapat digantikan oleh mesin secanggih apapun. Keahlian khusus inilah yang membedakan profesi guru dengan profesi yang lainnya. Pendidikan guru tidak diperoleh hanya saat pendidikan formal sebelum menjadi guru namun belangsung seumur hidup life long teacher education Artinya meskipun sudah menjangkau jabatannya harus mengembangkan diri secara berkelanjutan atas dasar refleksi reflective provisional. Guru selama proses melaksanakan tanggungjawab dan tugasnya perlu melakukan up-grage kompetensinya. Sebagai guru tidak hanya meningkatkan profesionalisme melalui jalur pendidikan dan latihan formal, namun terlibat dalam kegiatan-kegiatan produktif bagi upaya reformasi pendidikan. Tantangan kompetensi guru abad 21 adalah beradaptasi memahami disiplin ilmunya dari berbagai konteks, dan peka terhadap perkembangan kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Guru harus berpacu mengikuti tuntutan perkembangan, bukan hanya terlibat namun bertindak inovatif. Seorang harus mampu untuk memformulasikan, mengkonstruk, menyusun, memodifikasi dan peka terhadap informasi sehingga dapat dipahami sebagai suatu pengetahuan Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi TIK membawa perubahan di semua lini kehidupan. Peserta didik abad 21 hidup dalam lingkungan digital yang penuh dengan arus informasi. Banyak negari melakukan reformasi terhadap tujuan dan praktek pendidikan akibat pengaruh perkembangan TIK dan berbagai bentuk inovasi pendidikan. Harapan terbesar dari inovasi pendidikan adalah adanya dukungan dan pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran, sehingga mempertinggi mutu pengalaman belajar peserta didik. Guru harus terlibat aktif di dalam inovasi pedagogis. Menurut The Thailand 19976 guru memiliki peran utama bukan sekedar melaksanakan reformasi pendidikan, namun harus terlibat di dalam merumuskan konsep dan desian reformasi pendidikan yang diperlukan. Disinilah letak pentingnya guru untuk juga bertindak akademis. Pada tataran praktis dalam melaksanakan tugas utama memfasilitasi pembelajaran setiap tindakan guru harus berdasarkan keputusan pedagogis, didasari teori belajar dan pembelajaran mutakhir, teori perkembangan Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN Print 2549-4511 – Online 2549-9092 64 peserta didik dan teori-teori lain yang relevan. DAFTAR PUSTAKA Crow Lester D. Crow Alice. 1963. Education Psycology. American Book Company. New York. Depdiknas 2004. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta Grafindo. Martinis Yamin. 2008. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta Jakarta Putra Grafika Djumiran, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung Rosda. Paul Suparno. 2004. Guru Demokratis di Era Reformasi pendidikan, Jakarta Gramedia Widiasarana. Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung Pustaka Setia. Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta Adi Cita. Metode Penelitian Manajemeb Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi Mixed Methods, Penelitian Tidakan Action Research, dan Penelitian Evaluasi. Bandung Alfabeta. Syaiful Sagala. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung Alfabeta. . Slmalddino, dkk. 2012. Instructional Technology and Media For Leaning. 11Th edition. United State of America Pearson The Thailand Education Reform Project 2002 Teacher Development For Quality Learning. Brisbane Office Commecial Service Quaeensland University of Technologi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, Bandung Penerbit Fokus Media. ... Dengan perkembangan teknologi yang telah berkembang pesat saat ini, seorang guru profesional dituntut untuk memahami dan cakap mengintegrasikan teknologi digital untuk menunjang kemampuan seorang guru yang sejalan dengan perkembangan zaman dalam proses belajar mengajar Esmaeilimotlagh et al., 2019. Di sisi lainnya perkembangan teknologi informasi tersebut dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar di kelas Notanubun, 2019. Demikian pula siswa dapat memperoleh sumber belajar dalam lingkup yang lebih luas dengan memanfaatkan teknologi digital Munawar et al., 2021. ...... Tentunnya Setiap guru perlu memahami bahwa kecakapan literasi digital merupakan hal penting dan dibutuhkan dalam proses pembelajaran di dunia modern sekarang ini dan dengan cakap berliterasi digital akan menciptakan tatanan guru dengan pola pikir yang kritis, kreatif dan inovatif Marto, 2020. Keberhasilan membentuk kecakapan literasi digital merupakan salah satu indikator pencapaian dalam bidang pendidikan dan kebudayaan Notanubun, 2019. Hal tersebut pun sejalan dengan terminologi yang dikembangkan unesco yaitu konsep literasi digital yang berkaitan dengan dunia pendidikan dan merupakan kecakapan hidup life skills yang melibatkan kemampuan menggunakan perangkat teknologi informasi dalam pembelajaran Novitasari & Fauziddin, 2022. ...Surya DharmaThis research was conducted with the aim of knowing the effect of digital literacy skills on the performance of Vocational High School teachers. The population in this study were all teachers who were civil servants at the State Vocational High School in Gowa Regency, totaling 238 teachers. The proportional random sampling technique was carried out in obtaining a research sample of 70 teachers who had previously used the slovin formula in determining the minimum number of research samples. questionnaire is an instrument in this research which in its development process is tested for content validity using the Gregory formula, construct validity using a confirmatory factor analysis CFA technique with a maximum likelihood approach, as well as testing the reliability of the instrument using the Cronbach alpha formula which produces a reliability coefficient value of for the teacher's digital literacy skill instrument and a reliability coefficient value of for the teacher's performance instrument. Simple linear regression technique was used to analyze the data obtained. The results of the study reveal that there is a positive and significant effect of digital literacy skills on the performance of Vocational High School teachers, and the contribution or influence of digital literacy skills on teacher performance is 39%.... Kualitas kemampuan yang seseorang guru sesuai bersamatugas dan perannya akan mewujudkan keberhasilan pelaksanaan tugas dan peranan yang ditentukan oleh faktor kemampuan yang dimiliki guru Notanubun, 2019. Untuk itu, guru haruslah bertanggung jawab dalam mengembangkan intelektual siswa, sikap sosial siswa, serta aspek kepribadian siswa. ...... Dampak teknologi terhadap pembelajaran konduktif anak dipengaruhi oleh usia, pengalaman, waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan teknologi, dan jenis kelamin Notanubun, 2019. Pada anak usia dini, mengapa usia perlu diperhatikan, karena berkaitan dengan intervensi yang akan diberikan pada setiap kelompok usia Prayitno, 2002. ...Sari fidiyah SariThe existence of technology development is a manifestation of modern life that everyone of early childhood to adults is able to access the technology. The increasingly heavy technological development makes the pattern of education from parents for children to experience changes to the number of parents who begin to mix technology in children’s excitement in providing knowledge stimulation to support their education but how does the technology impact for childern, does ut need or kill?. Technology is not a thing that can kill amak in the aspect of its development if his parents can be where they exchange information they get from technology, can be a safety for their children, and performs all informations of children get based on the description, this study aims to optimze the role of children and technology using a qualitative approach with the study method.... Teknologi membantu guru untuk memperkuat peranan guru dalam pembelajaran. Guru harus dapat menggunakan dan memanfaat teknologi dengan semaksimal mungkin agar dapat membuat pembelajaran lebih menarik Notanubun, 2019. Peranan hal-hal lain boleh saja tergantikan dengan adanya kemajuan teknologi, tetapi peranan guru tidak akan tergenti oleh kemajuan teknologi. ...Khairul UmamThe purpose of this study was to analyze where the dominant abilities of prospective teacher students in the Teaching and Education Faculty FKIP of Mathematics Education Study Program Letting 2019 lie. This research uses a descriptive quantitative approach with the Library Research method and utilizes written information sources that are officially recognized. The subjects of this study were active undergraduate students S1 in mathematics education letting 2019 who had taken courses in Mathematics Teaching and Learning Strategies, Mathematical Teaching Evaluation, Mathematical Logic, Linear Algebra and Discrete Mathematics with a total of 54 samples. This study uses data collection techniques by using a questionnaire. The data collected in this study were analyzed by Descriminant Fisher's analysis. This study used discriminant analysis for 2 groups, namely the group with the dominant ability on the affective aspect and the group with the dominant ability on the cognitive aspect. The results of this study indicate that students have more abilities from the affective aspect. The Fisher discriminant function that is formed isEffectiveness = + + + + Aspect = + + + + In this regard, teachers in the 21st century must have high competence in educating the current generation Rosli et al., 2022. Competence generally refers to the ability to do something based on mastery of knowledge, attitudes, and skills Notanubun, 2019. Therefore, the competence of a teacher depends on their level of mastery of knowledge, skills, attitudes, skills, and values in order to produce learning quality at the maximum level. ...... Menunjang pencapaian hasil pembelajaran yang optimal untuk mencapai ketuntasan pembelajaran dan tuntutan kompetensi abad ke-21 diperlukan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan di capai Dywan et al., 2020. Implementasi pembelajaran abad ke-21 adalah pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi pembelajaran yang berpusat pada siswa Notanubun, 2019 Nurdyansyah, 2019& Zainuddin et al., 2019 multimedia adalah media presentasi yang dinamis dan interaktif dengan mengkombinasikan antara teks, audio, grafik, animasi dan video. Multimedia simulasi PhET dapat membantu siswa dalam mengkaji atau menemukan informasi terkait suatu fenomena fisika melalui ilustrasi yang menarik Mahtari et al., 2020;Maulani et al., 2018;Rizaldi et al., 2020. ...Hairun NisaMuhammad JunusLaili KomariyahTujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh model problem based learning PBL berbantuan simulasi PhET berbasis Instrumen HOTS pada siswa SMA untuk meningkatkan hasil belajar level kognitif tingkat tinggi. Penelitian ini termasuk dalam jenis deskriptif kuantitatif. Adapun metode yang digunakan pra-eksperimental design. Desain yang digunakan yaitu one group pretest-posttest design. Subjek dari penelitian ini siswa kelas X yang berjumlah 26 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel total serta teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Tes yang digunakan berupa 10 butir soal esai untuk melatih siswa berpikir tingkat tinggi. Serta instrumen HOTS berupa 3 butir soal esai setiap pertemuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran PBL berbantuan simulasi PhET berbasis Instrumen HOTS pada siswa SMA meningkatkan hasil belajar siswa terutama kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tingkat tinggi HOTS. Hal tersebut dibuktikan dengan siswa mengalami peningkatan hasil belajar pengetahuan kognitif selama pembelajaran 3 pertemuan dengan perolehan N-Gain dari rata-rata pretest dan posttest adalah 59,10 yang lebih dari 30 dan kurang dari 70 sehingga peningkatan hasil belajar siswa termasuk dalam kategori sedang. Dengan hasil N-Gain tersebut, menunjukkan penguasaan materi siswa lebih baik dari pembelajaran konvensional. Sehingga, pembelajaran lebih efektif serta dapat membantu siswa dalam menghadapi tuntutan ketuntasan dan tuntutan kompetensi abad 21. This study aimed to analyze the effect of the problem-based learning PBL model assisted by the HOTS Instrument-based PhET simulation on high school students to improve learning outcomes at a high cognitive level. This research is included in the quantitative descriptive. The method used is a pre-experimental design. The design used is one group pretest-posttest design. The subject of this study was class X students, totalling 26 students. The sampling technique uses the total sample technique and the data collection technique to test and observe techniques. The test used is in the form of 10 essay questions to train students to think at a higher level. As well as the HOTS instrument in the form of 3 essay questions for each meeting. The results of this study indicate that the PBL learning model assisted by the HOTS Instrument-based PhET simulation for high school students improves student learning outcomes, especially students' ability to solve high-level questions HOTS. This is evidenced by students experiencing an increase in cognitive knowledge learning outcomes during learning three meetings with the acquisition of N-Gain from the pretest and posttest average of which is more than 30 and less than 70 so that the increase in student learning outcomes is included in the moderate category. The N-Gain results show that students' mastery of the material is better than conventional learning. Thus, learning is more effective and can assist students in dealing with the demands of completeness and 21st-century competence.... It is the ability of educators to communicate and socialize effectively with their students, existing fellow educators, existing teaching staff, parents or guardians of educators and the community around the environment Notanubun, 2019. In the era of the industrial revolution to involve technology in learning educators ideally communicate with anyone involved in learning, │Volume 8│Nomor 2│Januari 2023 activities. ...Kharisma Eka PutriTita TanjungsarSyamsul HadiThe era of the industrial revolution in the aspect of education that plays an important role is educators or teachers, one of the goals is for students to understand digital literacy. But in this era the role of educators will not be replaced by technology. Because in the practice of learning, educators teach character, morals and role models for students. The purpose of this article is to describe the role of elementary school educators in the era of the industrial revolution in accordance with existing policies and the role of parents of elementary school students in the era of the industrial revolution This study uses the literature study method, namely by searching for literature from various sources, especially Google Scholar, then analyzing reference sources that are in accordance with the issues raised. An important finding obtained from this research is the increasing professionalism of educators or teachers which will have an impact on increasing the quality of elementary school education in entering the era of the industrial revolution Secanggih apapun teknologi faktor guru tetap diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh teknologi. Karena kualitas pendidikan melalui proses pembelajaran sangat ditentukan oleh guru Notanubun, 2019. ...I Ketut SuardikaHeni HeniLa AnseTujuan dari penelitian ini adalah “untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VB SD Negeri 51 Kendari melalui penerapan model Project Based Learning PjBL pada Tema Peristiwa Dalam Kehidupan. Prosedur penelitian yaitu a perencanaan, b pelaksanaan tindakan, c observasi dan evaluasi, dan d refleksi. Jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui lembar observasise dangkan data kualitatif melalui tes hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus I berjumlah 18 orang dengan persentase sebesar 64,2% sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 35,7% . Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 71 sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang terdiri dari 24 orang siswa mendapat nilai tuntas dengan persentase ketuntasan adalah 85,7%, sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 4 orang dengan persentase sebesar 14,2%. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II yaitu 77Isma UlfadilahAstuti Darmiyanti Nida'Ul MunafiahMetode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka atau perpustakaan berbasis referensi yang relevan dengan topik permasalahan yang ada dan tentu saja berbeda-beda. Tujuan penelitian ini ialah guna mengetahui pengembangan kompetensi serta profesionalisme guru sebagai pendidik dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran berkelanjutan. Setiap pekerjaan membutuhkan profesionalisme, termasuk profesi guru, yang pekerjaan sehari-harinya melibatkan penanganan masa depan anak bangsa dengan karakteristik berbeda-beda. Peran yang dimainkan pendidik dalam proses pembelajaran sangat penting. Guru berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran dengan bertindak sebagai demonstran, pengelola kelas, mediator dan fasilitator, evaluator, dan lain-lain. Guru profesional penting karena mereka akan mampu meningkatkan proses pembelajaran untuk menghasilkan kualitas yang sesuai dengan profesionalismenya. Temuan penelitian ini ialah sebagai berikut 1 indikator keberhasilan profesional seorang pendidik sebagai guru. Hal ini terbukti dari kualitas pengalaman dan hasil belajar siswa; 2 guru harus kompeten, 3 upaya yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru; 4 dan, ketika datang untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran, ada elemen-elemen yang membantu siswa mempraktikkan pembelajaran yang baik. Dina Hajja RistiantiAs a 21st century teacher, supervising teachers are required to have digital competence. Digital competence is the ability of a teacher to use information and communication technology based on pedagogical principles so that it has implications for methods in educating. This study wants to see the digital competencies possessed by supervising teachers. This study uses a quantitative descriptive method with a research sample consisting of 30 supervising teachers under the auspices of the Ministry of Religion of Rejang Lebong Regency. The data collection technique used a closed questionnaire which tabulated the responses to each item. The results of the tabulation are made into the average of the answers in each aspect. The results showed that the digital competence of teachers was in the medium category, where 40% of the responses were in the medium category. For this reason, supervising teachers need to be even more active to improve digital competence in the 21st -lebih kelas awal mesih mengalami kesulitan untuk memilah-milah pengalaman belajarnya. Ia menghayati pengaaman belajarnya sebagai suatu totalitasS D Peserta DidikPeserta didik SD, lebih -lebih kelas awal mesih mengalami kesulitan untuk memilah-milah pengalaman belajarnya. Ia menghayati pengaaman belajarnya sebagai suatu totalitas Tisno Hadi Subroto dan Ida Siti Herawati, 2002 pengalaman belajar itu dihayati sebagai suatu kebutuhan atau keperluan pendidikan data hasil tes yang berupa induk kecerdasan IQ dikelompokkan. Lester D. Crow dan Alice Crow 1963 156 mengelompokkan kecerdasan manusia menjadi 9 kelompok yaitu 1. Near genius indeksTingkat KecerdasanTingkat Kecerdasan, dengan menggunakan intelegensi kecerdasan peserta didik dapat diketahui. Untuk keperluan pendidikan data hasil tes yang berupa induk kecerdasan IQ dikelompokkan. Lester D. Crow dan Alice Crow 1963 156 mengelompokkan kecerdasan manusia menjadi 9 kelompok yaitu 1. Near genius indeks, kecerdasan 140 ke atas. 2. Very superior, 130 Sistem Pendidikan NasionalDepdiknasDepdiknas 2004. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan NasionalDkk DjumiranDjumiran, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Demokratis di Era Reformasi pendidikanPaul SuparnoPaul Suparno. 2004. Guru Demokratis di Era Reformasi pendidikan, Jakarta Gramedia Pendidikan Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga KependidikanSudarwan DanimSudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung Pustaka dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium IIIDjihad Suyanto DanHisyamSuyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta Adi Penelitian Manajemeb Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi Mixed Methods, Penelitian Tidakan Action Research, dan Penelitian Metode Penelitian Manajemeb Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi Mixed Methods, Penelitian Tidakan Action Research, dan Penelitian Evaluasi. Bandung Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung AlfabetaSyaiful SagalaSyaiful Sagala. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung Alfabeta. .Instructional Technology and Media For Leaning. 11 Th edition. United State of AmericaDkk SlmalddinoSlmalddino, dkk. 2012. Instructional Technology and Media For Leaning. 11 Th edition. United State of America Pearson
In answering the fourth industrial revolution era, basic Islamic education institutions did not adequately apply old literacy reading, writing, arithmetic, but had to apply new literacy data literacy, technology literacy and human resource literacy or humanism. This article discusses the challenges and opportunities of basic Islamic education in the era of the fourth industrial revolution. Strengthening new literacy in Islamic elementary education teachers as a key to change, revitalizing literacy-based curriculum and strengthening the role of teachers who have digital competencies. The teacher plays a role in building competency generation, character, having new literacy skills, and high-level thinking skills. Islamic elementary education as a basis for determining intellectual, spiritual, and emotional intelligence in children must strengthen 21st century literacy skills. Start creative aspects, critical thinking, communicative, and collaborative. Islamic elementary education is urgently needed to strengthen new literacy and revitalize digital-based curriculum. Curriculum revitalization refers to five basic values of good students, namely resilience, adaptability, integrity, competence, and continuous improvement. Islamic elementary education educators must be digital teachers, understand computers, and be free from academic illness. The goal is to realize high competency generation, character and literacy to answer the challenges of the fourth industrial revolution era.
Pada kesempatan kali ini admin akan berbagi sedikit informasi tentang 6 Karakteristik Guru Abad 21. Pembelajaran abad ke-21 telah banyak mengubah pola pengajaran dan pembelajaran kita selama bertahun-tahun. Perubahan positif ini untuk memastikan bahwa apa yang kita lakukan sejalan dengan perkembangan teknologi dan kemajuan dunia saat ini. Dengan adanya berbagai teknologi mutakhir, tentu tidak relevan jika praktik mengajar pada abad-abad sebelumnya terus dipraktikkan di masa abad ke-21 harus menjadi pembelajar seumur hidup, inovator, dan ahli di bidangnya. Mereka harus dapat menggunakan teknologi yang mereka miliki dan menyesuaikannya dengan kebutuhan mereka. Mereka harus dapat bekerja dengan kelompok siswa yang beragam dan mengajar mereka dengan cara yang dapat mereka guru yang profesional adalah seorang visioner, pemecah masalah, dan pemikir kritis. Mereka mahir menggunakan teknologi untuk menjangkau siswa dengan gaya belajar yang berbeda. Mereka juga dapat menggunakan data untuk mengarahkan instruksi dan mengukur kemajuan abad 21 tidak hanya bersemangat dalam mengajar tetapi mereka juga memiliki minat terhadap perkembangan terbaru dalam penelitian membagikan beberapa karakteristik yang harus dimiliki seorang guru di abad 21. di bawah ini admin akan menguraikan 6 Karakteristik Guru Abad 21 sebagai berikut 1. Menguasai Mata Pelajaran Guru harus menguasai isi kurikulum untuk mata pelajaran yang diajarkan. Tentu agak canggung jika guru sendiri masih kesulitan menjelaskan sesuatu dalam mata pelajaran yang diajarkannya. 2. Mahir dan Terampil dalam Pedagogik Guru harus mahir menggunakan berbagai metode dan strategi belajar mengajar dengan benar saat melakukan p&p di kelas. Pembelajaran yang beragam ini tentunya menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dan ramah siswa. 3. Memahami Perkembangan dan Mencintai SiswaPsikologi pendidikan juga menerapkan pentingnya seorang guru untuk memahami perkembangan anak didiknya, serta mampu mencintai mereka apa adanya. Guru abad 21 harus mampu menilai perkembangan siswa sesuai dengan kemampuannya. 4. Memahami Psikologi Pembelajaran Guru abad 21 juga mampu memahami psikologi belajar bagi siswanya. Hanya dengan memahami bagaimana minat dan tanggapan siswa ketika belajar, itu akan membantu seorang guru berfungsi lebih baik sebagai pendidik. 5. Keterampilan KonselingGuru juga perlu memiliki keterampilan konseling ketika berhadapan dengan siswa. Keterampilan untuk membantu siswa menghadapi emosi, sosial dan juga berbagai hal lain yang menjadi masalah bagi remaja. Merupakan keuntungan bagi guru untuk memiliki keterampilan konseling dalam menangani masalah terkait di dalam dan di luar kelas. 6. Penggunaan Teknologi TerbaruTidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan teknologi terkini merupakan salah satu fitur penting bagi guru di abad 21. Pembelajaran yang menggunakan lcd, games, aplikasi mobile tentunya membawa perbedaan suasana belajar di dalam artikel admin tentang 6 Karakteristik Guru Abad 21. semoga bisa bermanfaat. Asrul Menyukai Blog dan berbagi informasi tentang pendidikan melalui blog. Jika ada kekurangan / kesulitan download file bisa menghubungi kami di WA atau bisa Klik langsung disini
TantanganGurusiana Tantangan hari ke-47 Unlimited Studying. Kata populernya “Belajar Sepanjang Hayat”. Guru abad 21 Tidak ada kata lelah untuk belajar. Jangan merasa puas dengan ilmu yang dimiliki! Hauslah akan ilmu pengetahuan! Yang bisa dilakukan sebagai berikut. Program pengembangan keprofesian berkelanjutan PKB, laksanakan dengan baik! Gunakan internet untuk berselancar menambah pengetahuan! Miliki dan simpanlah buku digital e-book di smartphone! Sehingga dimanapun berada bisa membacanya. Datanglah ke perpustakaan! Jadikan perpustakaan sebagai restoran ilmu pengetahuan! Tiada hari tanpa membaca. Ingatlah! Dalam Islam sudah jelas, kita disuruh membaca, Iqra’ ayat pertama QS. Al-Alaq. Dana 5% dari uang sertifikasi guru, belanjakan untuk membeli buku! Buatlah program “SaBuDuBuTe” Satu bulan dua buku terbeli! Dan yang terpenting, bacalah Al-Qur’an dan hadis sebagai pusat dari segala ilmu pengetahuan! Kajilah ia sebagai penyeimbang dari semua ilmu pengetahuan yang ada! Student Centered. Proses belajar mengajar PBM berpusat pada peserta didik. Guru abad 21 hanya sebagai fasilitator. Peserta didik aktif dalam pembelajaran. Aktifnya tersebut dalam bingkai kolaborasi dan komunikasi dengan teman-temannya. Hal ini bisa tercapai jika peserta didik “Merdeka Belajar”. Mereka diberi kebebasan yang seluas-luasnya dalam belajar, benar-benar mandiri. Bahkan, guru harus sering bertanya, apa yang mereka mau dalam belajar. Peserta didik mencari dan membahas materi dengan teman-temannya. Guru mendampingi, menemani, dan menjawab jika ada yang bertanya. Namun, guru tidak melepas begitu saja. Di akhir pembelajaran, melaksanakan penguatan. Kemudian, mengevaluasi untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Creative and Innovative. Guru abad 21 tidak boleh berpangku tangan dalam hal sumber belajar. Mereka menggunakan banyak sumber. Supaya pembelajaran menjadi lebih menarik dan bervariasi. Benda-benda disekitar bisa menjadi sumber belajar. Ingat! Ada niat dan kemauan, pasti ada jalan. Ketika PBM, berganti-gantilah sumber belajar sesuai dengan materi! Manfaatkan sumber belajar di sekolah semaksimal mungkin, berinovasilah! Khususnya model pembelajaran. Tak selamanya menggunakan model pembelajaran yang sudah dan umum dipakai. Lebih bagus jika menggunakan model pembelajaran buatan sendiri. Laksanakan ATM Amati, Tiru, Modifikasi! Maksudnya bahwa model pembelajaran yang sudah ada diinovasi. Sehingga menghasilkan model pembelajaran baru. Berkreatiflah! Gunakan media pembelajaran hasil pemikiran sendiri. Barang-barang bekas di sekolah dan rumah bisa jadi media pembelajaran. Tidak usah mahal. Murahpun tidak apa-apa. Yang penting bisa menjadi media pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar. Blended Learning. Dalam pembelajaran, guru abad 21 mengkombinasikan antara manual dan digital. Jika manual terus, berarti tidak “move on” dari abad sebelumnya. Namun, jika digital semua tanpa manual, tidak bagus juga. Karena PBM abad 21 masih memerlukan pembelajaran manual. Artinya, pembelajaran manual dan digital sama-sama dilaksanakan. Untuk digital, berupa media pembelajaran berbasis IT. Seperti CD interaktif pelajaran berupa audio dan video. Guru abad 21 tidak asing dengan media pembelajaran digital. Bahkan, sangat “Friendly”. Selain digital, guru abad 21 mahir pembelajaran online. Mereka tidak alergi dengannya. Atau bisa juga dikenal dengan media daring dalam jaringan. Salah satunya yaitu pemanfaatan google classroom. Untuk penilaian, bisa menggunakan aplikasi “Kahot”. Untuk pengoreksian LJK menggunakan “Zipgrade”. Semua media online pembelajaran bukan barang aneh lagi. Namun, sudah menjadi sesuatu yang biasa. Itulah guru abad 21. Collaborative. Guru abad 21 mampu berkolaborasi dengan peserta didik, guru sejawat, KKG/MGMP, dan orang tua peserta didik. Dalam rangka merdeka belajar, guru abad 21 berdiskusi dengan peserta didik mengenai model pembelajaran yang diinginkan. Bukan hanya itu, dengan kolaborasi, peserta didik menjadi guru di kelas Everyone is a teacher here. Guru menemani dan memfasilitasi. Berikutnya, kolaborasi dengan teman sejawat, misalnya dalam penelitian tindakan kelas PTK. Bisa juga dalam bentuk evaluasi diri. Sejauh mana kemampuan mengelola kelas dalam PBM. Kolaborasi dengan KKG/MGMP dalam bentuk belajar bersama pengembangan keprofesian, berbagi pengetahuan, diklat, workshop, dan diseminasi. Terakhir, kolaborasi dengan orang tua, misalnya dalam bentuk sosialisasi peraturan sekolah. Tujuannnya penyamaan persepsi antara sekolah dan orang tua. Reflective. Guru abad 21 sering merefleksikan diri tentang tugas mendidik dan mengajar. Mereka mengkaji diri. Misalnya, model pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Apakah sesuai dengan karakteristik peserta didik. Berhasil atau tidak PBM dengan model itu. Apakah yang harus direvisi dari model pembelajaran tersebut. Hal ini menjadi karakteristik guru abad 21. Supaya dalam mengajar menghasilkan prestasi belajar peserta didik yang memuaskan. Mereka tidak akan tinggal diam terhadap model pembelajaran yang dilaksanakan. Karena mereka tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban mendidik dan mengajar. Namun, untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan inovatif PAKEMI. Dengan tujuan akhir, peserta didik yang berkualitas yang imbang antara IMTAQ dan IPTEK. Differentiation. Guru abad 21 mengelola kelas yang berbeda dengan abad sebelumnya . Sehingga peserta didik termotivasi dan tertarik untuk mengikuti PBM. Yang dikelola seperti tempat duduk. Yaitu bukan tempat duduk abad 19, tetapi abad 21. Selain itu, memajang hasil karya peserta didik di dinding kelas. Pojok baca yang menarik. Sehingga tertarik untuk didatangi. Tembok dihias dengan indah dan menyenangkan. Sirkulasi udara yang cukup. Seperangkat pengeras suara terpasang dengan baik. Seperangkat LCD permanen terdapat di kelas. Lukisan di tembok enak dipandang. Meja peserta didik ditata laksana meja pertemuan di hotel. Loker untuk peserta didik terdapat di paling belakang. Tempat sampah unik dan cantik. Rak sandal dan sepatu terdapat di pojok depan kanan. Kebersihan terjaga dengan baik. Tidak ada satupun sampah di kelas. Peraturan yang tegas dan mendidik menjadi kesepakatan bersama. Yang melanggar akan mendapat punishment mendidik. Yang paling taat dalam melaksanakan peraturan, mendapat reward. Dalam penilaian, guru abad 21 melaksanakan “Formative assessment” Penilaian secara berkala berdasarkan performa. Jadi, bukan hanya tes tulis. Terakhir, Peserta didik dikelompokkan sesuai minat dan kemampuan di kelas.
- Kisi-kisi soal pretest Pendidikan Profesi Guru PPG Dalam Jabatan Daljab perlu dipelajari oleh peserta calon guru SD agar dapat mengerjakan ujian dengan lancar. Informasi terkait poin-poin acuan tes ini juga dapat di-download melalui link yang tersedia. PPG Dalam Jabatan merupakan program pendidikan yang dipersiapkan bagi lulusan S1 Kependidikan dan S1/D4 Non-kependidikan dengan bakat dan minat menjadi guru. Tujuannya adalah agar guru menguasai kompetensi secara utuh melalui Standar Pendidikan Guru. Pendaftaran PPG Daljab 2023 telah dibuka pada periode Juni 2023. Secara umum, terdapat dua kategori pendaftar, yakni guru yang sudah pernah mendaftar pada 2022 tetapi belum lulus administrasi serta guru yang sudah lulus administrasi PPG 2022. Jadwal untuk masing-masing kategori peserta ini yang belum pernah mendaftar atau belum lulus seleksi administrasi tahun 2022 dapat mengunggah persyaratan lewat portal menggunakan akun SIMPKB masing-masing. Jadwalnya berlangsung mulai 30 Mei hingga 11 Juni 2023. Sementara itu, guru yang sudah lulus seleksi administrasi PPG 2022 lalu hanya diminta melakukan penyesuaian bidang studi. Tahap ini bisa dilakukan dalam periode 10-15 Juni 2023. Setelah dilakukan verifikasi dan validasi oleh petugas, peserta akan disaring lagi untuk kemudian mengikuti tahapan seleksi PPG selanjutnya. Pengumuman seleksi administrasi disampaikan pada 5 Juli 2023. Setelah itu, peserta akan mengikuti ujian kompetensi atau pretest. Baca juga Contoh Soal Pretest PPG Dalam Jabatan 2023 dan Kunci Jawabannya Contoh Soal Pretest PPG 2023 Daljab dan Kunci Jawabannya Kisi-kisi Pretest PPG Daljab 2023 Guru Kelas SD dan Link Download Kisi-kisi pretest PPG Daljab berisi materi-materi yang akan diujikan bagi calon peserta PPG. Cakupan materi di dalamnya sangat rinci dan dibuat berdasarkan bidangnya masing-masing. Setiap peserta dapat mempelajari kisi-kisi sesuai bidang yang diikuti, termasuk untuk jurusan Guru pretest PPG Daljab 2023 ini menggunakan materi yang dirilis laman PPG Kemendikbud untuk seleksi PPG 2022. Materi di dalamnya kemungkinan tidak jauh beda untuk pretest PPG Pembelajaran Mata Kuliah CPMK Membiasakan sikap cinta tanah air sebagai pendidik yang memesona dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Membiasakan sikap berwibawa, tegas, disiplin, penuh panggilan jiwa, samapta sebagai pendidik yang memesona dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Membiasakan sikap kesepenuhhatian dan kemurahhatian sebagai pendidik yang memesona dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Menguasai berbagai teori perkembangan anak dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai berbagai teori belajar dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai berbagai penilaian dan analisis hasil belajar sikap, pengetahuan dan keterampilan dengan menerapkan penilaian otentik dan tindak lanjutnya dalam pembelajaran di SD. Menguasai kompetensi pedagogik profesi guru dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai karakteristik pembelajaran abad 21 dan penerapannya di SD. Menguasai implementasi Penguatan Pendidikan Karakter PPK dalam pembelajaran di SD. Memahami persyaratan, kualifikasi, dan kompetensi guru SD yang profesional. Menguasai berbagai regulasi yang terkait dengan profesi guru. Menerapkan etika profesi guru dalam kehidupannya. Menguasai materi berbagai ragam teks serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai materi satuan bahasa pembentuk teks serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai materi struktur, fungsi, dan kaidah kebahasaan teks fiksi serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai struktur, fungsi, dan kaidah kebahasaan teks nonfiksi serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai materi apresiasi dan kreasi sastra anak serta penerapannya dalam pembelajaran di SD. Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta melakukan pemecahan masalah matematis pada materi bilangan bulat, pecahan, persen, perbandingan, skala, KPK dan FPB serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan aplikasinya dalam pembelajaran Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta melakukan pemecahan masalah matematis pada materi geometri bangun datar dan bangun ruang khususnya segi tiga, segi empat, prisma dan limas, dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta melakukan pemecahan masalah matematis pada materi statistika serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta melakukan pemecahan masalah matematis pada materi kapita selekta pola bilangan, aljabar, trigonometri, logika secara mendalam, dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai langkah-langkah metode ilmiah dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai materi makhluk hidup dan proses kehidupannya sistem organ pada manusia, bagian tumbuhan dan fungsinya, daur hidup hewan dan perkembangbiakan makhluk hidup serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai materi benda dan sifatnya serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai materi energi dan perubahannya gaya, usaha dan energi, suhu dan kalor, gelombang bunyi, cahaya, listrik dan magnet serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai materi bumi dan alam semesta serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai ruang lingkup materi manusia, tempat, dan lingkungan serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD Menguasai ruang lingkup materi waktu, keberlanjutan dan perubahan serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD Menguasai ruang lingkup materi sistem sosial dan budaya serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD Menguasai ruang lingkup materi perilaku ekonomi dan kesejahteraan serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD Menganalisis fenomena interaksi dalam perkembangan IPTEK dan masyarakat global serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai materi pengertian hak asasi manusia, pelanggaran HAM, penegakan HAM, dan aplikasinya dalam pembelajaran SD. Menguasai materi persatuan dan kesatuan dalam keberagaman masyarakat multikultur, nasionalisme, dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD Menguasai konsep nilai, moral, norma, hukum dan peraturan serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai materi sejarah perumusan Pancasila dan, nilai-nilai yang terkandung dalam sila Pancasila, dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Menguasai hakikat kewarganegaraan global, tantangan di era globalisasi, dampak positif dan negatif globalisasi, dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD. Mampu menelaah Kompetensi Inti KI dan Kompetensi Dasar KD muatan materi Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PPKn untuk merumuskan indikator ketercapaian kompetensi dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, perkembangan intelektual, moral, dan sosial peserta didik, lingkungan sekolah, serta perkembangan teknologi abad ke-21; Mampu menentukan materi pokok dan bahan ajar yang relevan dengan kompetensi; Mampu mengembangkan media pembelajaran tematik di SD mendukung peningkatan keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah secara kritis, humanis, inovatif, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif Mampu melaksanakan Praktik Pembelajaran dengan Teman Sejawat Peerteaching dengan memperhatikan ICT, keterampilan abad 21, literasi, PPK, dan HOTs. Evaluasi Proses Pembelajaran berbasis TIK Evaluasi hasil pembelajaran berbasis TIK dan HOTS mampu mengembangkan alat evaluasi proses dan hasil pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi; Mampu mengidentifikasi permasalahan pembelajaran di kelas Mampu menyusun rencana Penelitian Tindakan Kelas berbasis permasalahan pembelajaran di kelas. Mampu menyusun rencana Penelitian Tindakan Kelas berbasis permasalahan pada muatan IPS SD dalam pembelajaran di kelas-nya. Mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas berdasarkan rencana yang telah disusun. Mampu menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas. Selain CPMK, kisi-kisi pretest PPG Daljab 2023 Guru SD juga mencakup rincian seperti materi/topik, submateri/subtopik, dan indikatornya. Selengkapnya dapat dilihat di berkas di bawah ini. Link download-nya dapat diakses melalui tautan berikutLink Download Kisi-Kisi PPG 2023 untuk Guru Kelas SD 5 Poin Penting dalam Memahami Kisi-Kisi Pretest PPG 2023 Kisi-kisi pretest PPG 2023 memiliki banyak kolom dengan beberapa subjudul. Mengutip MIN 3 Bandar Lampung, penjelasan dari subjudul tersebut sebagai berikut1. CPBS Capaian Pembelajaran Lulusan Bidang Studi CPBS adalah rumusan pernyataan Standar Kompetensi Lulusan Program Studi PPG. Bentuknya sejumlah kompetensi yang harus dimiliki lulusan program PPG. Pada PPG Daljab 2023, para peserta harus mempunyai dan memenuhi kompetensi minimum mengikuti standar yang ditetapkan sehingga dapat lulus PPG CPMK Capaian Pembelajaran Mata Kuliah CMPK adalah rumusan pernyataan dari Kompetensi Inti KI/Kompetensi Dasar KD pada tiap mata pelajaran mata kuliah yang akan diambil peserta PPG Daljab 2023. Setiap peserta mesti memenuhi capaian pembelajaran dalam mata kuliah berupa kemampuan, keterampilan, hingga pengetahuan yang akan dicapai setelah Materi/Topik dan Sub MateriMateri tersebut adalah topik yang akan dipelajari dan dikuasai secara teori dan praktek. Materi dijabarkan ke dalam sub materi yang lebih IndikatorIndikator yaitu ukuran atau tolak ukur kompetensi materi yang mesti dicapai guru. Di dalamnya memberi gambaran jelas mengenai kompetensi teori dan praktik dari materi dan submateri yang harus Level CognitiveLevel Cognitive adalah taksonomi bloom yang mempunyai tingkat kesulitan soal dan berisi angka. - Pendidikan Kontributor Ilham Choirul AnwarPenulis Ilham Choirul AnwarEditor Fadli Nasrudin
karakteristik guru abad 21