Nah bermimpi atau mengalami mimpi tentang Kode Alam Dikasih Nasi Bungkus menurut mbah toto adalah gambaran bahwa Anda akan mendapat rejeki tak terduga dalam waktu dekat. Sementara angka main atau angka togel 4d 3d 2d untuk pengalaman mimpi tentang Kode Alam Dikasih Nasi Bungkus menurut Mbah Toto adalah 4D (8035-9417) 3D (391-720) 2D (38-69). Pandawalima, seperti namanya adalah terdiri dari orang bersaudara. Berasal dari seorang ibu, bernama Dewi Kunthi, di mana ke lima anaknya adalah anak dari dewa-dewa. Yang tertua diberi nama Samiaji, ke dua Bima Sena, ke tiga Arjuna, dan ke empat dan lima adalah si kembar Nakula - Sadewa. Pandawa menguasai negara bernama Amarta. Nah saking cerita ing dhuwur, kita sebagai murid murid kudu nduweni budi pekerti kang luhur marang sapa bae, Teks Drama Bima Bungkus Bahasa Jawa . Contoh Naskah Drama Bahasa Jawa. seni budaya dan jawaban pak saepul kamil.docx. Klik untuk memperluas Judul Terkait. Navigasi cepat. Beranda. Buku. Buku audio. metu saka bungkus amarga dipecah utawa ditusuk ngganggo gadinge gajah sena 5.pesene dewi umaya marang bima yaiku maringi keutamaan urip, tatacara urip,tatacara dadi satria lan menehi sandhangan kanggo bima 6.pitutur saka cerita yaiku dadi wong sing sabar nalika duweni cobaan lan tetep usaha sing temenanan terusdidistribusikan ke rumah sakit- rumah sakit dan bantuan sembako juga diberikan kepada masyarakat yang terdampak langsung secara ekonomi akibat pandemi Covid-19.. contoh kegiatan perumahan dan tata laksana rumah tangga. Web server is down Error code 521 2023-06-14 015035 UTC What happened? The web server is not returning a connection. As a result, the web page is not displaying. What can I do? If you are a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you are the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not responding. Additional troubleshooting information. Cloudflare Ray ID 7d6eec5fbe9c0c35 • Your IP • Performance & security by Cloudflare Seluruh kerajaan Astina sangat berduka karena kelahiran anak jabang bayi Prabu Pandu dan Dewi Kunti yang berwujud terbungkus. Tak ada senjata yang mampu untuk memecah bungkus tersebut. Kurawa yang juga ikut membantu memecah bungkus tersebut – walaupun dengan tujuan berbeda ingin melenyapkan sang jabang bayi – juga tidak sanggup melakukannya. Sampai akhirnya, terdapat wangsit dewata yang meminta bayi bungkus tersebut dibuang di hutan Krendawahana Ing pertapan Wukir Retawu Bagawan Abiyasa kasowanan Raden Permadi kang kaderekaken repat punakawan. “Kanjeng Eyang, kadi pundi nasibipun Kakang Bungkus, sampun sawetawis warsa mboten wonten suraos ingkang sae, bab menika Eyaang, andadosaken duhkitaning Kanjeng Ibu Kunti…” Di pertapaan wukir retawu Begawan Abyasa kedatangan Raden Permadi yang dikuti oleh punakawan. “Kakek bagaimana nasib kakak bungkus, sudah sampai beberapa tahun tak ada kabar baik mengenai ini eyang, menjadikan dukanya ibu Kunti” Tartamtu Sang Winasis kang pancen luber ing pambudi sampun pirsa apa kang dadi lakon. “Putuku ngger, Permadi, mangertiya jer kakangmu nembe nglakoni karmane, ing tembe kakangmu Si Bungkus bakal dadi satriya utama, lan bakal oleh apa kang sinebut wahyu jati…” Tentu saja sang Begawan yang memang dipenuhi oleh budi luhur sudah mengetahui apa yang akan terjadi. “Cucuku ngger Permadi, mengertilah kalo kakakmu sedang menjalani karmanya. Di kemudian hari kakakmu si bungkus akan jadi ksatria utama dan akan mendapat apa yang disebut sebagai wahyu jati” Anane Si Bungkus ndadekake gegering suralaya. Bumi gonjang ganjing kadya binelah, samodra asat. Ing Suralaya, Batara Guru nimbali Gajahsena, putra sang batara kang awujud gajah, kinen mecah si bungkus saengga dadi sejatining manungsa. Sang Guru ugi angutus Dewi Umayi kinen nggladhi kawruh babagan kautaman marang si bungkus. Adanya bayi bungkus tersebut menjadikan gegernya suralaya. Bumi gonjang ganjing bergetar seperti dibelah. Lautan menjadi kering. Di suralaya Batara Guru memanggil Gajah Sena putra sang batara yang berwujud gajah untuk memecah si bungkus sehingga menjadi manusia yang sejati. Sang guru juga mengutus Dewi Umayi untuk melatih tentang keutamaan kepada si bayi bungkus. Purna anggennya peparing ajaran marang si bungkus, Dewi Umayi aparing busana arupa cawat bang bintulu abrit, ireng, kuning, putih, pupuk, sumping, gelang, porong, lan kuku Pancanaka. Setelah memberikan pengajaran kepada si bungkus, Dewi Umayi memberikan busana berupa cawet bang bintulu merah, hitam, kuning, putih, pupuk, sumping, gelang, porong dan kuku Pancanaka. Salajengipun, Gajahsena mbuka bungkus. Pecahing bungkus dados sapatemon kekalihipun, kagyat dados lan perangipun. Binanting sang Gajahsena. Sirna jasad sang gajah. Roh lan daya kekiatanipun manjing jroning angga sang bungkus. Selanjutnya Gajahsena dengan kekuatan yang dimilikinya membuka bungkus sijabang bayi. Namun dengan pecahnya bungkus, sang bayi menjadi marah karena ia merasa disakiti, maka terjadilah perkelahian yang dahsyat diantara keduanya. Pertempuran tersebut berakhir dengan kalahnya Gajah Sena. Namun bersamaan dengan sirnanya jasad sang Gajah, seluruh roh dan kekuatannya merasuk kedalam badan si bayi bungkus. Praptene Betara Narada. Si Bungkus tumakon marang Sang Kabayandewa, “Heemmm, aku iki sopo?” Kemudian datanglah Betara Narada. Si bungkus kemudian bertanya pada Sang Kabayadewa,”Heeem, siapakah aku ini?” “Perkencong, perkencong waru doyong, ngger, sira kuwi sejatine putra nomor loro ratu ing Amarta Prabu Pandudewanata. Sira lahir awujud bungkus, lan kersaning dewa sira kudu dadi satriya utama…, lan sira tak paringi tetenger Bratasena ya ngger…” “Anakku, kamu itu sesungguhnya adalah putra nomor dua dari Raja Dimarta Prabu Pandu Dewanata. Kamu lahir berwujud bungkus, dan kehendak Dewata kamu akan menjadi ksatria utama, dan untuk itu engkau kuberi nama Bratasena ..” Bratasena kemudian hari menjelma menjadi seorang yang gagah dan menakutkan karena badannya yang tinggi besar dengan suara yang menggelegar. Sampai suatu ketika .. Rawuhipun Ratu saking Tasikmadu kang nyuwun senjata pitulungan marang Bratasena kinen nyirnakaken raja raseksa aran Kala Dahana, Patih Kala Bantala, Kala Maruta lan Kala Ranu. Para raseksa sirna. Sekakawan kekiatan saking raseksi wau nyawiji marang Raden Bratasena, inggih punika kekiatan Geni, Lemah, Angin lan Banyu. Datanglah Ratu dari Tasikmadu yang meminta pertolongan kepada Bratasena untuk melenyapkan raja raksasa bernama Kala Dahana. Patih Kala Bantala, Kala Maruta dan Kala Ranu. Dengan kekuatannya Bratasena mengalahkan para raksasa tersebut. Mereka sirna dan semua kekuatan para raksasa tadi menyatu dalam tubuh Raden Bratasena; itulah kekuatan api, tanah, angin dan air. ————————— Tancep Kayon Kisah atau cerita diatas saya ambil dari – Cerita wayang Bima Bungkus sangat familiar di telinga masyarakat Indonesia, khususnya mereka yang tinggal di tanah Jawa. Raden Bima sebenarnya merupakan salah satu putra Prabu Pandu dari permaisuri Dewi Kunti dari lima bersaudara, yakni Pandawa. Baca Juga Cerita Wayang Gatotkaca Bahasa Jawa SingkatMenurut cerita, Bima keluar dari dalam bungkus atas bantuan dari Gajah Sena yang dikirim oleh para dewa, kemudian ia bersatu dengan Bima sehingga putra Pandawa kedua ini dikenal dan lebih populer dengan nama Raden Cerita Wayang Bima Bungkus1. Penjemputan Raden BimaSejak lahir ke dunia, Bima putra kedua Prabu Pandu sudah berada di dalam bungkus dan diletakkan di Hutan Mandalasana. Setelah 14 tahun lamanya, akhirnya Prabu Pandu mendapatkan sebuah petunjuk dari dewa, bahwa putra keduanya akan segera keluar dari bungkus mendapat petunjuk tersebut, akhirnya sang prabu datang ke Hutan Mandalasana untuk menyaksikan keluarnya Bima dan bertujuan menjemputnya. Namun, hal tersebut tidak jadi dilakukan karena saran dari Arya Suman, sehingga sang prabu mempersiapkan penyambutan untuk Raden Kepergian Raden YamawiduraTugas penjemputan akhirnya diperintahkan kepada adik Prabu Pandu, yakni Raden Yamawidura serta Patih Gandamana. Namun, ternyata Arya Suman sudah merencanakan pembunuhan Raden Bima, karena menurutnya Bima akan menjadi batu sandungan bagi tidak diizinkan untuk melakukan penjemputan, Arya Suman pun menjalankan rencana keduanya yakni mengirim pasukan dari Kerajaan Gandaradesa untuk membunuh Bima Bungkus. Arya Suman mengirimkan dua pasukan sekaligus yang memiliki tugas berbeda. Baca Juga Unsur Intrinsik Cerita Wayang LengkapPasukan pertama diberangkatkan langsung ke Hutan Mandalasana dan dipimpin oleh Aryaprabu Sarabasanta, kemudian pasukan kedua yang bertugas menghadang Raden Yamawidura dipimpin oleh Aryaprabu Menghadang Raden Yamawidura dan Patih GandamanaAryaprabu Anggajaksa dengan seluruh pasukannya mengelabui Raden Yamawidura memakai topeng agar tidak dikenali. Pasukan tersebut pun menghadang perjalanan Raden Yamawidura dan Patih Gandamana, hingga akhirnya terjadi pertempuran Gandamana seorang diri melawan seluruh prajurit yang dikirim oleh Arya Suman, sedangkan Raden Yamawidura melawan Aryaprabu Anggajaksa. Pertempuran akhirnya dimenangkan oleh Raden Yamawidura, sehingga mereka bisa melanjutkan perjalanan untuk menjemput Bima Arya Prabu Sarabasanta Diterjang Si BungkusSementara itu pasukan yang dikirim ke Hutan Mandalasana telah sampai dan mereka menyaksikan si bungkus mengembang dan mengempis seperti sedang bernapas. Suaranya pun terdengar lantang seperti suara singa menggeram dari dalam bungkusan tujuan mereka adalah menewaskan si bungkus, maka mereka langsung menghujaninya dengan berbagai macam senjata. Akan tetapi, senjata apapun tidak dapat membuat si bungkus robek, justru sebaliknya si bungkus tiba-tiba bergerak menggelinding untuk melakukan yang masih di dalam bungkus ternyata juga bisa mengeluarkan angin topan, sehingga membuat pasukan Aryaprabu Sarabasanta terhempas jauh keluar dari Hutan Mandalasana. Karena itulah pembunuhan Bima Bungkus akhirnya ditunda dan mereka semua keluar dari hutan untuk menyelamatkan Meruwat Si BungkusKetika itu, ternyata di kahyangan Jonggringsalaka, Batara Guru dan Batara Narada sedang membawah kelahiran si bungkus yang memang sudah waktunya. Setelah itu, Batara Guru memanggil Batara Bayu beserta kendaraannya, yakni Gajah Sena untuk berdua diberikan tugas untuk memberikan pakaian lengkap kepada Bima, kemudian merobek selaput pembungkus agar putra kedua Pandawa bisa keluar. Setelah mendapatkan perintah tersebut, Batara Bayu dan Gajah Sena pun berangkat menuju tempat pertapaan Bima Bayu pun masuk ke dalam bungkus Bima, kemudian memberikan informasi kepada Bima tentang orang tuanya. Setelah itu, Bima pun diberikan pakaian lengkap untuk dikenakan sebagai baju pertamanya sebagai Bima sudah siap, Batara Bayu memberikan perintah kepada Gajah Sena untuk merobek bungkus Bima agar ia bisa keluar dari sana dan lahir ke dunia sebagai ksatria Pertemuan dengan Raden Yamawidura dan Patih GandamanaCerita wayang Bima Bungkus pun berlanjut dengan kisah sampainya Raden Yamawidura dan Patih Gandamana di Hutan Mandalasana. Akan tetapi, terjadi kesalahpahaman sehingga mereka bertiga saling serang karena Bima tidak mengenal tengah-tengah pertarungan, Batara Narada dan Batara Bayu turun dari langit untuk melerai mereka, sehingga perkelahian pun terhenti. Setelah itu, Batara Narada memperkenalkan Bima sebagai putra kedua Prabu Pandu yang berhasil keluar dari Bimasena Bertemu Kedua SaudaranyaDi Kerajaan Hastina, Raden Puntadewa dan Raden Permadi yang merupakan putra pertama dan ketiga Prabu Pandu mendengar bahwa Raden Yamawidura berangkat menjemput Bima merasa sangat bahagia, sehingga akhirnya menyusul mereka ke Hutan tengah perjalanan, mereka berdua dihadang oleh pasukan Arya Suman yang masih berasa kesal karena gagal membunuh Bima. Mereka pun akhirnya menyerang Raden Puntadewa dan Raden Permadi sebagai pelampiasan atas itulah muncul pemuda bertubuh besar yang kemudian langsung menerjang Raden Suyudana dan Raden Dursasana, yang tidak lain adalah Bima. Karena tidak bisa melawan Bima dan merasa kewalahan, akhirnya mereka berdua kabur dan diikuti oleh sang paman, yakni Arya ketiga bersaudara tersebut tidak saling mengenal, sehingga Raden Yamawidura dan Patih Gandamana pun memperkenalkannya. Setelah mengetahui bahwa mereka bersaudara, mereka pun langsung berangkulan bahagia, kemudian bersama-sama melanjutkan perjalanan pulang ke Kepulangan BimasenaSetelah perjalanan cukup panjang, akhirnya rombongan Raden Yamawidura dan Patih Gandamana bersama dengan ketiga putra Pandawa pun sampai di istana Hastina. Prabu Pandu beserta istrinya dan seluruh keluarga besar pun menyambut kedatangan putra kedua, yakni Bimasena dengan penuh perasaan haru dan Pandu sangat kagum terhadap putra keduanya, karena memilih perawakan tinggi besar dan pastinya kekuatan yang sangat dahsyat. Sang prabu pun teringat tentang pesan yang disampaikan oleh dewata, bahwasannya penempatan Bima di dalam bungkus di Hutan Mandalasana bukanlah sebuah pengasingan atau tersebut dilakukan sebagai sarana bagi Bimasena untuk melakukan tapa brata selama 14 tahun lamanya. Karena teringat hal tersebut, akhirnya Prabu Pandu memberikan Bimasena nama tambahan, yakni Raden wayang Bima Bungkus sangatlah panjang, namun secara garis besar dapat disimak pada penjabaran di atas. Bima Bungkus alias Bima Sena merupakan sosok kuat di antara lima bersaudara, yakni Pandawa putra-putra Dewi kamu yang sedang mencari ringkasan cerita wayang bima bungkus dalam bahasa jawa kamu bisa menggunakan google translate atau lalu translate ke dalam bahasa jawa wayang Bima Bungkus menceritakan tentang apa?Cerita tentang wayang bima bungkus adalah menceritakan tentang Prabu Pandu dan Dewi Kunti yang sangat sedih karena melahirkan anak Bayi yang berwujud terbungkus yaitu Raden Bima Kasebut Bima Bungkus?Sesuai dengan cerita alasan kenapa raden bima disebut sebagai bima bungkus? karena wujud atau bentuk Raden Bima saat dilahirkan saja tokoh yang ada dalam cerita Bima Bungkus?siapa saja tokoh pewayangan yang ada di cerita bima bungkus? berikut daftar tokohnyaprabu Kenalan dengan Bima Bungkus Hello Readers, kita akan membahas cerita wayang yang sangat populer di Indonesia, yaitu cerita Bima Bungkus. Bima Bungkus adalah salah satu tokoh pewayangan yang memiliki keberanian dan kekuatan luar biasa. Namun, di balik kehebatannya, Bima Bungkus juga memiliki sifat-sifat yang patut di contoh oleh kita semua. Asal Usul Bima Bungkus Bima Bungkus berasal dari kisah Mahabharata, sebuah epos India kuno. Bima Bungkus sendiri merupakan putra dari Pandu dan Dewi Kunti. Ia memiliki kekuatan yang sangat besar, bahkan mampu mengangkat pohon besar dengan hanya satu tangannya. Namun, karena sebuah kutukan, Bima Bungkus mengalami nasib yang sangat tragis. Cerita Bima Bungkus Pada suatu hari, Bima Bungkus dan saudaranya sedang berburu di hutan. Mereka bertemu dengan seekor kijang yang sangat besar dan sulit ditaklukkan. Bima Bungkus yang penuh tekad mencoba menaklukkan kijang tersebut, namun malah terperosok ke dalam lubang dan terperangkap di dalamnya. Di dalam lubang tersebut, Bima Bungkus bertemu dengan seekor ular raksasa yang berbicara. Ular tersebut memberikan sebuah bungkus yang berisi ilmu sakti kepada Bima Bungkus. Dengan ilmu tersebut, Bima Bungkus menjadi sangat kuat dan mampu mengalahkan musuh-musuhnya dengan mudah. Kehidupan Bima Bungkus Setelah mendapatkan ilmu sakti dari ular raksasa, Bima Bungkus hidup sebagai seorang pendekar yang sangat disegani. Ia membantu rakyat kecil dan melawan para penjahat yang meresahkan masyarakat. Namun, di balik kehebatannya, Bima Bungkus juga memiliki sifat-sifat yang sangat baik, seperti rendah hati dan jujur. Perjuangan Bima Bungkus Bima Bungkus tidak hanya menghadapi musuh-musuhnya dalam bentuk manusia, namun juga dalam bentuk makhluk halus seperti raksasa dan setan. Ia selalu berjuang dengan penuh semangat dan tekad untuk melindungi rakyat kecil dan menjaga keadilan di dunia ini. Tragedi Nasib Bima Bungkus Sayangnya, nasib Bima Bungkus tidak selalu berpihak padanya. Akibat sebuah kutukan, Bima Bungkus harus hidup sebagai seorang pengemis dan kehilangan kehebatannya. Namun, ia tetap teguh dalam imannya dan selalu berusaha untuk memenuhi tugas-tugasnya sebagai seorang manusia. Pesan Moral dari Cerita Bima Bungkus Cerita Bima Bungkus mengajarkan kita untuk selalu berjuang dengan semangat dan tekad yang kuat, bahkan dalam menghadapi kesulitan dan rintangan yang besar. Selain itu, Bima Bungkus juga mengajarkan kita untuk memiliki sifat-sifat yang baik, seperti rendah hati dan jujur. Kesimpulan Dari sinopsis cerita wayang Bima Bungkus di atas, kita bisa belajar banyak tentang kehidupan sang pendekar yang penuh perjuangan. Meskipun Bima Bungkus mengalami nasib yang sangat tragis, ia tetap selalu berjuang dengan semangat yang kuat dan menjaga sifat-sifat yang baik. Semoga kita bisa belajar dari cerita ini dan menjadi manusia yang lebih baik. Sampai Jumpa Kembali di Artikel Menarik Lainnya WERKUDARA Werkudara iku putrane Prabu Pandhu Dewanata Ian Dewi Kunthi sing angka kalih. Werkudara iku titisane Bathara Bayu. Awit putra angka loro, mula Werkudara uga sinebut putra panenggaking Pandhawa. Sesebutan liyane Bratasena, Bimasena, Haryasena, Bayusiwi, Jagal Abilawa, Kusumadilaga, Jayalaga. Kastriyane ing Jodhipati utawa Tunggul Pamenang. Garwane telu aran Dewi Nagagini, Dewi Arimbi, Ian Dewi Urangayu. Karo Dewi Nagagini, 'peputra Raden Antareja. Karo Dewi Arimbi, peputra Raden Gathutkaca Karo Dewi Urangayu, peputra Raden Antasena. Raden Werkudara duwe pusaka aran Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala, Ian Gada Lambita¬muka. Aji-ajine Bandung Bandawasa, Ungkal bener, Blabag Pengantol-antol, Bayu Bajra. Kacarita laire Bratasena. Nalika bayi lair awujud bungkus. Kabeh gegaman ora tumama. Kang bisa mbedhah bungkus mung Gajah Sena. Bareng wis bedhah, bayi diidak-idak, ditlale, digadhing malah saya gedhe. Gajah Sena ditamani kuku Pancanaka, mati sanalika. Suksmane nyawiji karo utawa Werkudara iku ora bisa basa marang sapa wae. Dadi yen micara tansah ngoko. Sing dibasani mung Sanghyang Wenang lan Dewa Ruci. Sanajan mangkono Werkudara duwe watak setya tuhu marang guru, bekti marang ibu, teguh ing janji, bela bebener, mbrastha angkara, dhemen tetulung, tresna marang kadang, adil. Watak setya marang guru, dituduhake nalika dheweke diutus dening gurune Pendhita Durna goleh banyu Perwitasari ing tengah alas ing telenging segara. Kang sajatine Werkudara dialap patine, dijlomprongake. Nanging amarga setya bekti marang guru. Werkudara malah antuk nugraha, bisa ketemu marang guru sejati Dewa Ruci, kang mahanani Werkudara bisa pinter tanpa guru maneh. Tandha bektine marang ibune dibuktekake, kanthi merjaya Dursasana, getihe kanggo jamas rikmane Kunthi lan sirahe kanggo keset dening Dewi Kunthi. Tresna marang kadang, kabeh kadange tansah dibela lamun nuhoni bebener. Nanging yen luput, sanadyanta anake dhewe bakal diajar, kaya nalika Gathutkaca maling Pregiwa. Jebule Gathutkaca mung dipaeka sebab sing maling Gathutkaca palsu. Dhemen tetulung upamane nulungi Ratu Wiratha Prabu Matswapati. Ing perang Bratayuda Werkudara dadi agul-aguling Pandhawa. Werkudara kang bisa mateni Dursasana, Sengkuni lan Duryudana. Sawise perang Bharatayuda, Parikesit wis jumeneng nata, bebarengan marang sedulur Pandhawa wis jumeneng nata, bebarengan marang sedulur Pandhawa liyane, ninggalake praja. Werkudara tiwas sumusul Sadewa, Nakula, lan Harjuna. Werkudara tiwas angka papat amarga nalika uripe seneng mangan, rada kasar, lan ora bisa budi pekerti1. Duwea watak satriyatama luhur ing budi, seneng tetulung, adil, wani ing bebener, mbrastha angkara murka!2. Bektia marang wong tuwa, luwih-luwih marang ibu!3. Dektia marang guru!4. Tresna asih marang Darbea jiwa satriya kang dadi bentenging negara! ============== Bima basa Sangskerta भीम, Bhima utawa kang luwih kaloka kanthi jeneng Werkudara iku putrané Prabu Pandhu Déwanata ratu Ngastina lan Dèwi Kunthi Talibrata kang nomer loro. Sedhuluré kabèh cacahé ana lima kang banjur sinebut Pandhawa. Mula Bima iya banjur sinebut satriya Panenggak Pandhawa. Miturut Kitab Mahabharata, Bima Bhima dilairaké wujud bayi lumrah. Lair saka guwa garbané Dèwi Kunthi. Ramané bebisik Bathara Bayu, déwaning angin. Kacarita, sawijining ésuk Dèwi Kunthi ngenggar-enggar penggalih karo nggendhong Bhima sing isih bayi. Dumadakan ana macan saka suwaliking grumbul. Awit saking kageté, Bima mrucut saka gendhongan, tiba ing sadhuwuré watu gilang sing gedhéné sasirah gajah. Anèhé dudu sirahé Bima sing pecah, nanging malah watuné sing ajur mumur. Bima gereng-gereng nangis nggolèki ibuné. Krungu tangisé Bhima iki, macan sing mauné arep mbadhog mangsa bayi Bhima malah gila, satemah mlayu sipat kuping. Miturut crita pedhalangan, Bima Werkudara dilairaké wujud bungkus. Jaman isih cilik urip ing Astina, nanging sakwisé ditundhung déning Korawa, Bima lan sedulur-seduluré dibuwang lang pungkasané bisa babat Alas Mertani. Dhèwèké banjur urip ing kesatriyan Jodhipati/Unggulpawenang. Anak-anaké Bima iki asring dadi pralambang prejurit. Antareja bisa ambles bumi, kang njaga dharatan. Gatotkaca bisa mabur, kang njaga awang-awang. Antasena bisa ambles bumi lan urip ing banyu, kang njaga laut. Bima uga klebu dadi salah sijiné warga Bayu kang cacahé ana wolu, yakuwi Bathara bayu dhéwé, Anoman, Liman Situbandha, Garudha Mahambira, Sarpa Nagakuwara, Gunung Maenaka, lan Ditya Jajawreka. Bima utawa Werkudara uga klebu dadi putrané Bathara Bayu, mula banjur sinebut Bayuputra iya bayu Tanaya kang tegesé anak Bayu déwaning angin. Aji-ajiné aran aji bandhungbadawasa, Blabag Pangantol-antol lan Wungkal bener. Gegamané kang kondhang yaiku Gada Rujakpolo lan kuku Pancanaka. Bima ora gelem basa karo sapa waé, kejaba nalika ing lakon Bima Suci/Nawaruci. Ing lakon iki Bima ketemu karo Déwa Ruci. Wujudé Déwa Ruci kaya déné Bima. Déwa iki metu seka kupingé lan ngandhani Bima perkara filsafat urip. Ing pungkasan crita wayang, Bima muksa bareng karo Pandhawa liyané nuju swargaloka.

cerita bima bungkus bahasa jawa